Senin, 03 Juni 2019

Anak Langit (Cerpen)

Entah mengapa memandang Langit adalah Hal yang sangat disukainya. Tidak pernah kata bosan terlintas meski sudah berkali-kali mata itu mendongak ke atas.

Sejak kecil. Ketika bintang masih bertebar-tebar di angkasa banyak sekali. Bintang jatuh yang selalu dinantinya, sehingga dengan tanggap tangannya merapat memanjatkan doa meniru drama yang pernah dilihatnya. Atau bintang berjalan yang hanya beberapa detik saja dapat dinikmatinya. Semua itu terekam jelas di memorinya. Atau bintang kejora (Venus) yang sering muncul ketika fajar di langit Timur. Tentang Mars yang selalu kemerah-merahan yang muncul di tengah Langit. Itu dulu ketika dia masih kecil.

Sekarang, entah mengapa bintang tidak bertebaran seperti dulu. Tidak sebanyak dulu. Hanya rasi bintang berbentuk layang-layang itu yang tak pernah berubah, ataupun berpindah sejak ia masih kecil. Kemanakah bintang-bintang itu?

Dia rindu. Sudah lama sekali ia tak memandang Langit seperti Masa kecilnya. Peristiwa yang tak kan pernah dilupakannya tentang Langit, setelah sekian lama adalah Langit Bali ketika Nyepi. Masyaallah. Masyaallah. Masyaallah. Sungguh rasa kagum ini Tak pernah berhenti ketika memandang Langit di Bali ketika Nyepi. Ketika semua lampu padam, gelap Dan hanya Ada cahaya bintang. Lihatlah, Langit yang dulu kembali. Hampir semua sisinya Ada bintang. Seperti milyaran lampion yang siap jatuh untuk menerangi bumi. Dekat sekali. Sangat dekat. Seandainya bintang itu bisa difoto. Tentu kerinduan anak ini tidak sedalam ini. Dia rindu langit yang dulu dan Langit Bali ketika Nyepi.

Dimanapun tempat dia pernah singgah, di kota, desa, maupun pesisir. Tak ia dapati langit yang dulu pernah ia temui. Entah kapan lagi Allah akan berkenan menunjukkan kuasaNya. Mungkin lampu di dunia ini terlalu menyilaukan untuk dapat melihat bintang lebih banyak lagi. Atau memang mereka sudah pergi. Entahlah.

Di tengah kerinduan itu. Allah selalu memiliki kejutan untuk hambaNya. Yang selalu membuatnya terpukau akan keMaha KuasaanNya. Hadiah terindah di bulan suci yang penuh berkah. Bulan Ramadhan.

Ketika itu suasana sangat sepi. Waktu yang sangat mustajab untuk berdoa, karena dekatnya Allah dengan Kita. Allah turun ke langit dunia. Gadis itu mendongak ke langit, Hati ini berdesir. Takjub. Langit yang dulu kembali. Hampir di semua sisi Langit Ada bintang. Bahkan yang paling terang Ada di tengah Langit. Karena banyaknya bintang malam itu membuat rasi bintang layang-layang Tak terlihat. Hadiah terindah. Gadis itupun bertanya-tanya, apakah malam ini malaikat sedang berebut untuk turun ke bumi? Apakah malam ini malaikat Jibril turun ke bumi? Hari itu udara pegunungan yang biasanya sangat dingin, berubah. Apakah Hari ini malam Lailatul Qadar?

Harapan itu menjalar keseluruh tubuhnya, Dan menjadi energi yang luar biasa. Namun ia merasa hina, apakah insan seperti ia pantas mendapat Lailatul Qadarnya. Entah benar atau tidak. Bukan ia yang bisa menjawabnya. Yang jelas ia bersyukur Dan bahagia, Allah telah memenuhi kerinduannya. Rindu pada langit yang dulu.

27 Ramadhan 1440

2 komentar: