Kesedihan pasca penandatanganan perjanjian hudaibiyah masih tersisa. Tentu. Tak mungkin hilang begitu saja. Kekecewaan sangat dirasakan oleh umat islam. Sampai salah satu sahabat yang terkenal dengan keberanian dan ketegasannya, Umar bin Khattab menghampiri rasulullah.
"Engkau ini rasulullah kan?" Tanya Umar
"Benar aku rasulullah" Jawab rasulullah
"Engkau benar-benar rasulullah kan?" Tanya Umar, dia meyakinkan kembali pernyataannya.
"Benar aku rasulullah"
Umar masih belum bisa menerima, pasalnya rasulullah sendiri yang memerintahkan untuk umroh,
"Bukankah engkau ya Rasul yang memerintahkan kami untuk umroh?" Tentu perintah rasul bukan hanya sekedar keinginan dari hawa nafsunya, karena kita tahu bahwa rasulullah telah dibersihkan hatinya dan merupakan manusia yang terjaga perbuatannya oleh Allah.
Rasul pun menjawab "Iya, tapi aku tidak bilang tahun ini"
Jawaban rasul belum bisa melegakan hati Umar. Dia pun menghampiri Abu Bakar. "Jika ini dari rasul dan Allah, tidak ada keraguan dalam diriku" Begitulah keyakinan Abu Bakar. Meski rasa kecewa tentu dia rasakan. Tapi dia yakin ini adalah takdir dari Allah. Dia yakin selalu ada hal yang ingin disampaikan, dan ada peristiwa yang harus terjadi di balik semua peristiwa ini.
Apakah hanya sahabat yang sedih dan kecewa?
Rasulullah pun manusia, beliau sedih apalagi ketika Umar ragu pada kerasulannya. Kesedihan itu tak berhenti disitu. Rasul pun memerintahkan para sahabat untuk bertahalul karena umroh tidak jadi dilaksanakan. Tiga kali rasul bersabda pada para sahabat, namun tidak ada sahabat yang melaksanakannya. Bayangkan bagaimana sedihnya rasulullah. Rasul pun dengan sedih masuk tenda istri yang menemaninya kala itu yaitu Ummu Salamah. Rasul menceritakan pada istrinya bahwa sahabatnya tidak lagi percaya padanya. Bayangkan teman, rasulullah sampai berkata demikian, betapa hudaibiyah adalah pukulan keras bagi umat islam terutama rasul. Rasul yang paling sedih, kecewa, namun beliau ikhlas menerimanya. Airmata rasul pun jatuh. Lalu bagaimana ini? Sahabat begitu terpukul, sampai enggan untuk bertahalul.
Ummu Salamah memberi saran pada rasul, tanpa berkomentar tentang sikap para sahabat. Ummu Salamah berpendapat agar rasul keluar tanpa sepatah kata pun dan langsung melakukan tahalul.
Rasul pun melaksanakan saran istrinya. Perlahan sahabat melihat apa yang dilakukan rasulullah dan satu persatu mereka mengikutinya. Berat. Tentu itu berat. Belum lagi membayangkan perjalanan ke Madinah dengan tangan hampa dengan kerinduan pada Baitullah yang semakin dalam.
Namun inilah awal dari kemenangan umat islam. Bayangkan kejadian yang begitu memukul perasaan ini, justru pembuka pintu gerbang kemenangan sebelum Fathu Mekah.
Genjatan selama 10 tahun justru memberikan ruang umat islam untuk berdakwah ke berbagai kerajaan tanpa gangguan dari kafir quraisy. Sehingga Fathu Mekah terjadi karena islam semakin kuat dan pengikutnya semakin banyak dengan dukungan dari berbagai daerah.
Ingatlah bahwa dari setiap kejadian selalu ada suatu hal yang ingin disampaikan dan ada suatu peristiwa yang harus terjadi di belakangnya. Tentu setiap manusia pernah mengalami kegagalan, namun gagal bukan berarti akhir dari segalanya justru ketika kamu gagal, yang pertama terjadi sebenarnya kamu telah sukses membuktikan bahwa belum ada riski dan rahmat Allah di dalamnya. Kedua adalah ada suatu hal lain yang lebih besar, yang lebih indah, yang lebih bermakna yang pantas untuk kamu terima. Maka kamu harus gagal disini karena suatu yang besar yang pantas untuk kamu terima tidak ada disini.
Jadi kegagalan adalah awal sebuah pintu gerbang untuk kesuksesan yang lebih besar. Sukses tidak hanya materi tapi juga sukses hati.
Sukses untuk ikhlas
Sukses untuk ikhtiar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar